Sabtu, 30 November 2013

Model Pembengunan di Indonesia (Ketergantungan Internasional)


NAMA           : NUR ZAM ZAM
NIM                : 12.023.61.201.109
KELAS          : D NONREGULER
TUGAS          : EKONOMI PEMBANGUNAN

MODEL MODEL PEMBANGUNAN
Model pembangunan yang dianut oleh Indonesia sekarang adalah Ketergantungan Nasional . Model ini terbagi atas tiga bagian yaitu :
1.      Model ketergantungan neocolonial
Suatu model yang dalil utamanya mengatakan bahwa terjadi dan berlarut-larutnya keterbelakangan di Negara-negara ketiga disebabkan oleh aneka kebijakan ekonomi , social , politik dan bahkan budaya eksploitatif yang dimainkan oleh Negara-negara maju terhadap Negara-negara berkembang . Model ini juga berpendapat bahwa sebagian kecil elite di negara berkembang, misalnya militer, pengusaha, dan penguasa, ikut menciptakan pelestarian keterbelakangan. Sebab mereka ikut melestarikan sistem kapitalis internasional yang tidak adil, menindas, dan mereka memang mendapat keuntungan darinya.
2.      Model paradigma palsu
Sementara itu, dalam model paradigma palsu, keterbelakangan negara-negara dunia ketiga dihubungkan dengan kesalahan dan ketidaktepatan saran yang diberikan para pengamat atau ‘pakar’ internasional yang bernaung di bawah lembaga bantuan negara maju dan organisasi donor multinasional. Para pakar ini sering menjerumuskan negara berkembang untuk membuat kebijakan yang tidak tepat bahkan melenceng sama sekali. Model pembangunan yang selama ini telah terapkan terlalu menekan akumulasi capital tanpa memberikan perhatian secukupnya pada perlunya untuk pengadaan perubahan-perubahan social dan kelembagaan .
3.      Tesis pembangunan dualistikan
Tesis pembangunan-dualistik bertolak dari anggapan bahwa terdapat jurang pemisah antara negara-negara kaya dan miskin serta antara orang-orang kaya dan miskin di setiap Negara , di Negara-negara kaya memng masih ada sebagian penduduknya yang miskin dan sebaliknya di Negara-negara miskin pun ada sebagian penduduknya yang makmur sejahtera .
1.      Pihak yang superior dan pihak yang inferior dalam berbagai kondisi dapat hidup berdampingan dalam ruang tertentu
2.      Kekayaan dan kemiskinan internasional yang hidup berdampingan bukan hanya fenomena sejarah yang akan diperbaiki dalam kurun waktu tertentu. Meskipun teori tahap pertumbuhan dan model perubahan struktural secara implisit membuat asumsi seperti itu, pendukung tesis pembangunan dualistik dan fakta bahwa ketidaksetaraan internasional terus berkembang membuat mereka membantah asumsi tersebut.
3.      Derajat superioritas atau inferioritas tidak menunjukkan tanda-tanda berkurang, tetapi justru memiliki kecenderungan untuk meningkat
4.      Saling keterkaitan antara unsur-unsur superior dan inferior membuat keberadaan elemen superior tidak berarti apa-apa untuk menarik elemen inferior
Bisa dilihat Di Indonesia sekarang semakin banyak kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah semakin menambah beban masyarakatnya terutama masyarakat yang tingkat ekonominya rendah . Faktor lingkungan (eksternal) terlihat lebih memiliki daya kekuatan ketimbang kebijakan pemerintah, baik moneter maupun fiskal. Kebijakan pemerintah seolah-olah menjadi ‘obat penangkal rasa sakit’, sedangkan ‘penyakit’-nya sendiri belum terobati.
Tidaklah luar biasa jika untuk menopang ketahanan pangan, Indonesia memilih untuk mengimpor beras dari Vietnam dan mengimpor kedelai dari AS. Mungkin saja pemerintah berfikir, jika harga impor lebih murah ketimbang memproduksi sendiri, lalu kenapa kita mesti memproduksi sendiri bahan pangan tersebut .
Indonesia juga mengalami kesulitan mengembangkan ekspor karena dulu yang di ekspor adalah barang jadi, kalau sekarang yang di ekspor adalah bahan  mentah dan energi. Sementara dari sisi impor, dulu Indonesia tidak mengimpor barang-barang strategis. Seperti barang-barang kebutuhan pangan waktu itu masih bisa dipenuhi dari hasil dalam negeri. Sekarang ini indonesia punya ketergantungan yang luar biasa terhadap barang-barang strategis, terutama bahan pangan. 
Indonesia Sejak saat ini, peran Badan Urusan Logistik (Bulog) dalam mengendalikan harga, pemasaran, dan impor bahan-bahan pokok mulai tereliminasi.
Kebijakan impor sesungguhnya berimplikasi besar bagi perekonomian rakyat. Harga kebutuhan pokok menjadi rentan (jika tidak mau dikatakan terus naik) sebab tergantung pada situasi sosial politik dan harga dunia. Impor makanan pokok juga tidak otomatis dapat menyelesaikan inti masalah pertanian .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar